Minggu, 12 Desember 2010

Komponen – komponen Otak:

1. Cerebral korteks
2. Basal nuclei
3. Thalamus
4. Hypothalamus
5. Sistem Limbik
6. Cerebellum
7. Brain Stem (Midbrain, Pons, Medulla Oblongata)

Fungsi Utama korteks cerebri

1. Kontrol sadar dari pergerakan
2. Persepsi sensori
3. Bahasa
4. Sifat-sifat kepribadian
5. Peristiwa-peristiwa mental

Fungsi utama basal nuclei

1. Gerakan-gerakan yang pelan dan terus menerus
2. Menghambat gerakan otot
3. Supresi pola gerakan

Fungsi utama thalamus

1. Menyalurkan semua input sinaption
2. Kewaspadaan diri dari sensori
3. Beberapa derajat pada kesadaran
4. Kontrol motorik

Fungsi utama Hypothalamus

1. Pengaturan diri terhadap homeostatic
2. Sangat kuat dengan emosi dan dasar pengantaran tulang
3. Sangat penting berpengaruh antara system syaraf dan endokrin

Fungsi utama system limbic

1. Dasar ekspresi emosi
2. Belajar
3. Motivasi
4. Sosial
5. Sexual

Fungsi utama cerebellum

1. Pengaturan kekuatan otot
2. Mempertahankan keseimbangan dan postur
3. Mengkoordinasikan dan merencanakan dari aktifitas otot sadar yang terlatih
4. Kontrol pergerakan mata

Fungsi utama Brain Stem

1. Menerima dan mengintegrasikan semua input synaptic dari spinal cord
2. Pusat tidur
3. Pusat kontrol kardiovaskuler
4. Pusat respirasi
5. Tempat munculnya 12 nervus cranialis
6. Pengaturan reflek otot
7. Pencetus sensasi rasa sakit
8. Pusat dari aktivitas digestive, saliva dan muntah

Jumat, 10 Desember 2010

Etnis Suku Dayak Kenyah di Kalimantan Timur

Dayak Kenyah merupakan salah satu suku/etnis asli yang mendiami pulau kalimantan/borneo, khususnya kalimantan timur. Dayak Kenyah ini terdiri dari 22 Sub suku (setiap sub suku biasanya disebut lepoq/umaq), yaitu:

1. Lepoq Bakung
2. Uma Jalan,
3. Lebuk Kulit,
4. Lebuk Timai,
5. Lepoq Tukung,
6. Lepoq Bem,
7. Lepoq Ma'ut,
8. Uma Lasan,
9. Uma Lung,
10.Lepoq Tau,
11.Lepoq Kayan,
12.Lepoq Punan,
13.Lepoq Brusuq,
14.Uma Baka,
15.Uma Alim,
16.Lepoq Entang,
17.Lepoq Kei,
18.Lepoq Puaq,
19.Lepoq Tepu,
20.Lepoq Badeng,
21.Lepoq Merap,
22.Lepoq Kudaq.

Yang membedakan diantara sub suku dayak kenyah ini adalah mengenai cara pengucapan akhir kata, (setiap sub suku mempunyai ciri khas dialek/logat yang berbeda beda). Suku dayak kenyah di kalimantan timur tersebar di seluruh kabupaten/kota madya, mereka biasanya hidup berkelompok di desa/kampung. Saat ini suku dayak kenyah mendiami sekitar 80 desa/kampung di kaltim. Mata pencarian sebagian Orang Dayak Kenyah adalah pertanian (sistem berladang), berburu, sebagai karyawan di perusahaan kayu, perkebunan sawit, tambang batu bara, karet, ada juga yg berhasil menjadi PNS dan pejabat di provinsi dan kabupaten/kota. Dayak kenyah sangat terkenal dengan kesenian tradisionalnya seperti seni tari (tari datun julut, kanjet pepatei/tari perang, dll), alat musik yg sangat unik; sejenis gitar biasa disebut sambeq, jatung utang(kolintang), kedirek, uding, gong, Dsb. Sebagian besar Orang Dayak Kenyah beragama Kristen Protestan dan Katholik. Penulis agak kesulitan dalam mencari data-data yang akurat mengenai asal usul dayak kenyah, disebabkan tidak ada bukti tertulis/prasasti. cerita mengenai tradisi biasanya diturunkan lewat mulut ke mulut untuk selalu diingat oleh anak cucu. Namun sekarang terjadi pergeseran yang sangat mengkhawatirkan sebab anak-anak dayak kenyah saat ini banyak melupakan tradisi/adat, akibat pengaruh budaya luar. Oleh sebab itu mari kita menghimbau kepada generasi dayak kenyah sekarang agar lebih mencintai budaya sendiri. Dan kepada Pemerintah agar selalu giat melestarikan budaya asli dayak kenyah. Trima kasih.

HORDEOLUM ATAU TIMBILAN



A. Definisi
Hordeolum (sty) atau yang di Indonesia dikenal sebagai “bintitan”, adalah infeksi pada kelenjar di tepi atau di bawah kelopak mata. Biasanya hordeolum ini berisi nanah. Bila bertambah besar, akan menyebabkan sulit untuk melihat jelas, karena tidak dapat membuka mata secara optimal.
Lebih dari satu hordeolum dapat terjadi dalam satu waktu, yang disebabkan karena peradangan yang meluas di kelopak mata, sebuah kondisi yang disebut blefaritis. Hordeolum biasanya akan sembuh sendiri secara spontan dan sementara itu dapat diberi kompres hangat.

B. Penyebab
Penyebab dari hordeolum adalah infeksi bakteri, biasanya bakteri staphylococcus, yang menyerang kelenjar minyak kelopak mata.

C. Faktor Resiko
Hordeolum tidak terlalu menular. Untuk meminimalkan penularan, perlu melakukan teknik cuci tangan yang benar sebelum menyentuh kulit di sekitar mata.

D. Gejala
Hordeolum memberikan gejala radang pada kelopak mata seperti bengkak, mengganjal dengan rasa sakit, merah, dan nyeri bila ditekan. Mata mungkin berair, peka terhadap cahaya terang dan penderita merasa ada sesuatu di matanya. Biasanya sebagian kecil kelopak akan membengkak, walaupun dapat terjadi pada seluruh kelopak yang menyebabkan kelopak mata sukar diangkat karena bertambah beratnya kelopak. Pada pasien dengan hordeolum, kelenjar preaurikel, yaitu kelenjar yang terdapat di belakang telinga, biasanya turut membesar. Sering hordeolum ini membentuk abses (kantung nanah) dan pecah dengan sendirinya.

E. Kapan harus ke dokter
Sebagian besar hordeolum akan sembuh sendiri, tidak berbahaya bagi mata dan tidak mengganggu penglihatan. Namun, anda dapat pergi ke dokter bila ditemukan salah satu dari masalah di bawah ini:
 Mengganggu penglihatan anda
 Terlalu sering terjadi
 Tidak hilang dengan sendirinya
 Tidak memberikan respon dengan pengobatan sendiri

F. Pengobatan
Untuk mempercepat peradangan kelenjar dapat dapat diberikan kompres hangat, 4 kali sehari selama 10 menit sampai nanah keluar. Pengangkatan bulu mata dapat memberikan jalan untuk penyerapan nanah. Diberi antibiotik lokal terutama bila berbakat berulang atau terjadinya pembesaran kelenjar aurikel.
Biasanya tidak diperlukan antibiotik oral bila tidak terjadi peradangan menyeluruh di kelopak mata. Namun bila terjadi, dapat diberikan eritromisin 250 mg atau 125-250 mg diklosasilin 4 kali sehari, dapat juga diberi tetrasiklin. Bila terdapat infeksi stafilokokus di bagian tubuh lain maka sebaiknya diobati juga bersama-sama. Pada nanah dan kantong nanah yang tidak dapat keluar, dilakukan penyayatan untuk mengeluarkan nanah.

G. Pencegahan
Selalu mencuci tangan terlebih dahulu sebelum menyentuh kulit di sekitar mata.

AKIBAT ROKOK

Akibat negatif dari rokok, sesungguhnya sudah mulai terasa pada waktu orang baru mulai menghisap rokok. Dalam asap rokok yang membara karena diisap, tembakau terbakar kurang sempurna sehingga menghasilkan CO (karbon mono oksida), yang disamping asapnya sendiri, tar dan nikotine (yang terjadi juga dari pembakaran tembakau tersebut) dihirup masuk ke dalam jalan napas.
1. CO, Tar, dan Nikotin tersebut berpengaruh terhadap syaraf yang menyebabkan :
- Gelisah, tangan gemetar (tremor)
- Cita rasa / selera makan berkurang
- Ibu-ibu hamil yang suka merokok dapat kemungkinan keguguran kandungannya

2. Tar dan asap rokok merangsang jalan napas, dan tar tersebut tertimbun disaluran itu yang menyebabkan :
- Batuk-batuk atau sesak napas
- Tar yang menempel di jalan napas dapat menyebabkan kanker jalan napas, idah atau bibir


3. Nikotin merangsang bangkitnya adrenalin hormon dari anak ginjal yang menyebabkan :
- Jantung berdebar-debar
- Meningkatkan tekanan darah serta kadar kolesterol dalam darah,
sangat erat dengan terjadinya serangan jantung


4. Gas CO juga berpengaruh negatif terhadap jalan napas dari pembuluh darah.

5. Karbon mono oksida lebih mudah terikat pada hemoglobin daripada oksigen
Oleh sebab itu, darah orang yang kemasukan CO banyak, akan berkurang daya angkutnya bagi oksigen dan orang dapat meninggal dunia karena keracunan karbon mono oksida. Pada seorang perokok tidak akan sampai terjadi keracunan CO, namun pengaruh CO yang dihirup oleh perokok dengan sedikit demi sedikit, dengan lambat namun pasti akan berpengaruh negatif pada jalan napas dan pada pembuluh darah.

PROTAP TATA CARA PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH

1.Tujuan pemeriksaan
Untuk mengetahui golongan darah seseorang

2.Persiapan pasen.
Tidak diperlukan

3.Alat yang diperlukan
1.Kaca objek
2.Lancet
3.Kapas alcohol

4.Reagen

1 set anti sera yang berisi:
1. serum anti A
2.serum anti B
3.Serum anti AB
4.Anti Rh factor

5.Cara pemeriksaan

1.Taruhlah pada sebuah kaca objek:
1 tetes serum anti A
1 tetes serum anti B
1 tetes serum anti AB
1 tetes RH factor

2.Setetes kecil darah kapiler atau vena diteteskan pada serum serum diatas,campur dengan ujung
lidi satu lidi untuk satu macam campuran

3.Goyangkan kaca objek dengan membuat gerakan melingkar selama 4 menit

4.Liat bagian mana yang ada aglutinasinya

5.Pelaporan
1.Anti A aglitinasi positip
Anti B aglutinasi negatip Golongan darah A
Anti AB aglutinasi positip
2.Anti A aglitinasi negatip
Anti B aglutinasi positip Golongan darah B
Anti AB aglutinasi positip
3.Anti A aglitinasi positip
Anti B aglutinasi positip Golongan darah AB
Anti AB aglutinasi positip
4.Anti A aglitinasi negatip
Anti B aglutinasi negatip Golongan darah O
Anti AB aglutinasi negatip
5.Anti Rh factor aglutinasi positip Rh +
Anti RH factor aglutinasi negatip Rh -

PEMERIKSAAN NERVUS CRANIALIS




Terdapat 12 pasang syaraf kranial dimana beberapa diantaranya adalah serabut campuran, yaitu gabungan syaraf motorik dan sensorik, sementara lainnya adalah hanya syaraf motorik ataupun hanya syaraf sensorik.

1. Nervus Olfaktorius/N I (sensorik)

Nervus olfaktorius diperiksa dengan zat-zat (bau-bauan) seperti : kopi, teh dan tembakau. Pada pemeriksaan ini yang perlu diperhatikan adalah adanya penyakit intranasal seperti influenza karena dapat memberikan hasil negatif atau hasil pemeriksaan menjadi samar/tidak valid.

Cara pemeriksaan : tiap lubang hidung diuji terpisah. Pasien atau pemeriksa menutup salah satu lubang hidung pasien kemudian pasien disuruh mencium salah satu zat dan tanyakan apakah pasien mencium sesuatu dan tanyakan zat yang dicium. Untuk hasil yang valid, lakukan dengan beberapa zat/bau-bauan yang berbeda, tidak hanya pada 1 macam zat saja.

Penilaian : Pasien yang dapat mengenal semua zat dengan baik disebut daya cium baik (normosmi). Bila daya cium kurang disebut hiposmi dan bila tidak dapat mencium sama sekali disebut anosmi.

2. Nervus Optikus/N II (sensorik)

Kelainan-kelainan pada mata perlu dicatat sebelum pemeriksaan misalnya : katarak, infeksi konjungtiva atau infeksi lainnya. Bila pasien menggunakan kaca mata tetap diperkenankan dipakai.

a. Ketajaman penglihatan

Pasien disuruh membaca buku dengan jarak 35 cm kemudian dinilai apakah pasien dapat melihat tulisan dengan jelas, kalau tidak bisa lanjutkan dengan jarak baca yang dapat digunakan klien, catat jarak baca klien tersebut.

Pasien disuruh melihat satu benda, tanyakan apakah benda yang dilihat jelas/kabur, dua bentuk atau tidak terlihat sama sekali /buta.

b. Lapangan penglihatan

Cara pemeriksaan : alat yang digunakan sebagai objek biasanya jari pemeriksa. Fungsi mata diperiksa bergantian. Pasien dan pemeriksa duduk atau berdiri berhadapan, mata yang akan diperiksa berhadapan sejajar dengan mata pemeriksa. Jarak antara pemeriksa dan pasien berkisar 60-100 cm. Mata yang lain ditutup. Objek digerakkan oleh pemeriksa pada bidang tengah kedalam sampai pasien melihat objek, catat berapa derajat lapang penglihatan klien.

3. Nervus Okulomotorius/N III (motorik)

Merupakan nervus yang mempersarafi otot-otot bola mata ekstena, levator palpeora dan konstriktor pupil.

Cara pemeriksaan :

Diobservasi apakah terdapat edema kelopak mata, hipermi konjungtiva,hipermi sklerata kelopak mata jatuh (ptosis), celah mata sempit (endophthalmus), dan bola mata menonjol (exophthalmus).

4. Nervus Trokhlearis/N IV (motorik)

Pemeriksaan pupil dengan menggunakan penerangan senter kecil. Yang diperiksa adalah ukuran pupil (miosis bila ukuran pupil < 2 mm, normal dengan ukuran 4-5 mm, pin point pupil bila ukuran pupil sangat kecil dan midiriasis dengan ukuran >5 mm), bentuk pupil, kesamaan ukuran antara kedua pupil (isikor / sama, aanisokor / tidak sama), dan reak pupil terhadap cahaya (positif bila tampak kontraksi pupil, negative bila tidak ada kontraksi pupil. Dilihat juga apakah terdapat perdarahan pupil (diperiksa dengan funduskopi).

5. Nervus Trigeminus/N V (motorik dan sensorik)

Merupakan syaraf yang mempersarafi sensoris wajah dan otot pengunyah . Alat yang digunakan : kapas, jarum, botol berisi air panas, kuliper/jangka dan garpu penala.

Sensibilitas wajah.

Rasa raba : pemeriksaan dilakukan dengan kapas yang digulung memanjang, dengan menyentuhkan kapas kewajah pasien dimulai dari area normal ke area dengan kelainan.

Bandingkan rasa raba pasien antara wajah kiri dan kanan.

Rasa nyeri : dengan menggunakan tusukan jarum tajam dan tumpul. Tanyakan pada klien apakah merasakan rasa tajam dan tumpul. Dimulai dari area normal ke area dengan kelainan.

Rasa suhu : dengan cara yang sama tapi dengan menggunakan botol berisi air dingin dan air panas, diuji dengan bergantian (panas-dingin). Pasien disuruh meyebutkan panas atau dingin yang dirasakan

Rsa sikap : dilakukan dengan menutup kedua mata pasien, pasien diminta menyebutkan area wajah yang disentuh (atas atau bawah)

Rasa gelar : pasien disuruh membedakan ada atau tidak getaran garpu penala yang dientuhkan ke wajah pasien.

a. Otot mengyunyah

Cara periksaan : pasien disuruh mengatup mulut kuat-kuat kemudian dipalpasi kedua otot pengunyah (muskulus maseter dan temporalis) apakah kontraksinya baik, kurang atau tidak ada. Kemudian dilihat apakah posis mulut klier. Simetris atau tidak, mulut miring.

6. Nervus Abdusens/N VI (motorik)

Fungsi otot bola mata dinilai dengan keenam arah utama yaitu lateral. Lateral atas, medial atas, medial bawah, lateral bawah, keatas dan kebawah. Pasien disuruh mengikuti arah pemeriksaan yang dilakukan pemeriksa sesuai dengan keenam arah tersebut. Normal bila pasien dapat mengikuti arah dengan baik. Terbatas bila pasien tidak dapat mengikuti dengan baik karena kelemahan otot mata, ninstagmus bila gerakan bola mata pasien bolak balik involunter.

7. Nervus Fasialis/N VII (motorik dan sensorik)

Cara pemeriksaan : dengan memberikan sedikit berbagai zat di 2/3 lidah bagian depan seperti gula, garam dan kina. Pasien disuruh menjulurkan lidah pada waktu diuji dan selama menentukan zat-zat yang dirasakan klien disebutkan atau ditulis dikertas oleh klien.

8. Nervus Akustikus/N VIII (sensorik)

1. Pendengaran : diuji dengan mendekatkan, arloji ketelinga pasien di ruang yang disunyi. Telinga diuji bergantian dengan menutup salah telinga yang lain. Normal klien dapat mendengar detik arloji 1 meter. Bila jaraknya kurang dari satu meter kemungkinan pasien mengalami penurunan pendengaran.
2. Keseimbangan : dilakukan dengan memperhatikan apakah klien kehilangan keseimbangan hingga tubuh bergoyang-goyang (keseimbangan menurun) dan normal bila pasien dapat berdiri/berjalan dengan seimbang.

9. Nervus Glosso-faringeus/N IX (motorik dan sensorik)

Cara pemeriksaan dengan menyentuhkan tongs patel keposterior faring pasien. Timbulnya reflek muntah adalah normal (positif), negative bila tidak ada reflek muntah.

10. Nervus Vagus/N X (motorik dan sensorik)

Cara pemeriksaan : pasien disuruh membuka mulut lebar-lebar dan disuruh berkata ‘aaah’ kemudian dilihat apakah terjadi regurgitasi kehidung. Dan observasi denyut jantung klien apakah ada takikardi atau brakardi.

11. Nervus Aksesorius/N XI (motorik)

Cara pemeriksaan : dengan menyuruh pasien menengok kesatu sisi melawan tangan pemeriksa sedang mempalpasi otot wajah Test angkat bahu dengan pemeriksa menekan bahu pasien ke bawah dan pasien berusaha mengangkat bahu ke atas. Normal bila klien dapat melakukannya dengan baik, bila tidak dapat kemungkinan klien mengalami parase.

12. Nervus Hipglosus (motorik)

Cara pemeriksaan : pasien disuruh menjulurkan lidah dak menarik lidah kembali, dilakukan berulang kali. Normal bila gerakan lidah terkoordinasi dengan baik, parese/miring bila terdapat lesi pada hipoglosus.

Ø Sensibilitas.

Syarat pemeriksaan : pasien harus sadar dan kooperatif, perlu diterangkan kepada pasien maksud, cara dan respon yang diharapkan dan dilakukan dengan rileks.

Alat pemeriksaan : kapas, jarum, botol berisi air dingin dan air panas, garpu penala dan kaliper/jangka.

Sensibilitas permukaan dan dalam :

Rasa raba, rasa nyeri dan rasa suhu, rasa getar rasa sikap, cara pemeriksaanya sama dengan cara pemeriksaan sensibilitas wajah di atas. Hanya dilakukan pada seluruh tubuh dari kepala sampai ujung jari.

Ø Koordinasi

a. Test hidung-jari hidung

Dilakukan dengan cara : pasien dengan menggunakan jari telunjuknya menyentuhkan jari telunjuk tersebut kejari pemeriksa kemudian kehidung pasien sendiri. Dilakukan berulang kali.

b. Test jari-hidung

Dilakukan dengan cara pasien menyentuh hidung dengan kelima jarring secara bergantian.

c. Test pronasi-supinasi

Dilakukan dengan cara pasien mengubah posisi telapak tangannya dengan cepat dengan posisi dan supinasi.

Ø Status Motorik

Diobservasi bentuk otot pasien apakah ada perubahan bentuk otot normal, membesar/hipertrofi mengecil/hipotrofi. Dinilai semua otot tubuh klien.

Tonus otot : diperiksa dengan cara pasien berbaring rileks, perhatiannya dialihkan dengan mengajak klien bicara sambil pemeriksa mngengkat lengan klien dalam posisi fleksi pada siku dan tangan secara pasif, kemudian menjauhkan lengan tersebut. Cara jatuh lengan dinilai. Hipotoni bila anggota gerak jatuh dengan berat, atau tonus otot meninggi/hipertoni/spatik. Pemeriksaan ini dilakukan juga pada tungkai dengan mengangkat tungkai fleksi pada tanggal kemudian dijatuhkan.

Kekuatan otot : Untuk memeriksa kekuatan otot sebaiknya dilakukan satu arah pada sendi dan otot langsung dinilai.

Kekuatan otot dinilai dengan derajat :

Derajat 5 : Kekuatan normal

Seluruh gerakan dapat dilakukan otot tersebut dengan tahan maksimal dari pemeriksa yang dilakukan berulang-ulang tanpa terlihat kelelahan.

Derajat 4 : Seluruh gerakan otot dapat dilakukan melayang gaya berat dan juga melawan tahanan ringan dan sedang dari pemeriksa.

Derajat 3 : Seluruh gerakan otot dapat dilakukan melawan gaya berat, tetapi tidak tidak dapat melawan tahanan ringan dan sedang dari pemeriksa.

Derajat 2 : Otot hanya dapat bergerak bila gaya berat dihilangkan.

Derajat 1 : Kontraksi otot minimal dapat terasa atau teraba pada otot bersangkutan tanpa mengakibatkan gerak

Derajat 0 : Tidak ada kontraksi sama sekali. Parlise total

Kekuatan gerak yang diperiksa : keempat anggota gerak

a. Anggota gerak atas : artikulasi humeri, artikulasi kubiti, artikulasimanus dan artikulasi metakarpoflank.

b. Anggota gerak bawah : artkulasi kokse, artikulasi genus, artikulasi manus dan artikulasi metaka pofalank.

Gaya berjalan : diobservasi dengan menyuruh pasien berjalan mondar- mandir.

Langkah normal : pasien berjalan dengan gaya biasa orang sehat.

Langkah : pasien berjalan dengan mengangkat kaki tinggi-tinggi supaya jari kaki yang masih tertinggal menyentuh tanah dapat terangkat. Kemudian kaki seolah-olah dijatuhkan ketanah dengan jari lebih dulu menyentuh tanah sebelum tumit.

Langkah mabuk : pasien berjalan dengan kedua kakinya terpisah jauh dan waktu, harus berjalan lurus ada kecenderungan terhuyung kesatu sisi.

Langkah menggeser : Pasien berjalan dengan langkah pendek-pendek, menyeret tanah hampir-hampir kaki tidak terlepas dari tanah. Bila langkah makin pendek dan cepat pasien cenderung jatuh.

Langkah spastik : biasanya terjadi pada hemipare, pasien berjalan dengan tungkai yang parase dilempar keluar membentuk lingkaran dengan jari kaki tetap menyentuh tanah.

Gerakan tubuh : diobservasi apakah normal, tremor/gematar, spasme (adanya ketegangan otot sehingga gerakan terbatas) atau gerakan tubuh berulang tanpa kendali.

Ø Refleks

Refleks merupakan jawaban motorik dari rangsangan sensorik.

Nilai refleks :

1. Arefleksi merupakan jawaban motorik dari rangsangan sensorik.

2. Hiporefleksi berarti ada kontraksi otot tetapi tidak terjadi gerakan pada sendinya, refleks = +

3. Refleksi normal = +

4. Hiperefleksi bila kontaksi dan gerakan sendi berlebihan, refleks = + +

1. Refleks Tendon

a. Refleksi biseps

Dalam keadaan duduk : lengan bawah dalam pronasi rileks di atas paha

Dalam keadaan berbaring : lengan ditaruh di atas bantal, lengan bawah dan tangan di atas abdomen. Taruh ibu jari pemeriksa di atas tendon biseps, tekan bila perlu untuk meyakinkan regang otot optimal, sebelum mengetok.

b. Refleks brakioradialis

Posisi sama dengan refleks biseps. Kecuali lengan bawah harus berada antara pronasi dan supinasi. Ketok dengan sambil mengamati dan merasakan adanya kontraksi.

c. Refleks triceps

Posisi hampir sama dengan refleks biseps. Oleh karena tendon pendek, kadang-kadang sukar mengetok sejumlah seribu : sekaligus. Sebaiknya pemeriksa melakukan dari arah samping belakang pasien untuk memeriksa kontraksi. Ketokan dilakukan 5 cm di atas siku.

d. Refleks Lutut / Patela

Dalam posisi duduk : kaki tergantung dan rileks.

Dalam posisi berbaring : tangan atau lengan bawah pemeriksa ditaruh. Di bawah lutut pasien, refleksi sendi lutut kira-kira 20 derajat, sedangkan tumit pasien harus tetap berada di atas tempat tidur. Bila perlu tangan pemeriksa diganti bantal supaya kontraksi otot disamping terlihat dapat diraba pula.

Palu refleks diketokan di atas tendon lutut berganti-ganti kanan dan kiri.

e. Refleks archilles

Dalam posisi duduk : sama dengan posisi refleks biseps, kaki dorsoflrkdi optimal untuk mendapatkan regangan otot cukup.

Dalam posisi berbaring : dilakukan fleksi panggul dan lutut sambil sedikit rotasi paha keluar ketok tendon tumit/archilles dengan palu refleks.

Respon refleks tendon normal :

Refleks biseps : respon normal berupa fkleksi dari siku dan tampak kontraksi otot biseps

Refleks triseps : ekstensi dari siku dan tampak kontraksi otot triseps

Refleks lutut : gerakan dari tungkai disertai kontraksi otot gastrokmius.

2. Refleks patologik

a. Refleks Babinski

Dengan sebuah benda yang berujung agak tajam, telapak kaki digores dari tumit menyusur bagian lateral menuju pangkal ibu jari. Positif bila terjadi dari ibu jari dan biasnya disertai dengan pemekaran jari-jari kaki.

b. Refleks Chaddok

Tanda babinski timbul dengan menggoreskan bagian bawah dari maleous lateral kearah depan.

c. Reflek Oppenheim

Dengan mengurut tulang tibia dengan ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah mulai dari lutut tengah mulai dari lutut menyusur ke bawah. Positif bila timbul tanda babinski.

d. Refleks Gordon

Otot gastrokmius/betis ditekan. Positif bila timbul tanda babinski.

Ø Fungsi Luhur

a. Kesadaran

Coma : keadaan tidak sadar yang terendah. Tidak ada respon terhadap rangsangan nyeri, refleks tendon, refleks pupil dan refleks batuk menghilang, inkontinensia urin dan tidak ada aktivitas motorik spontan.

Soporocoma : keadaan tidak sadar menyerupai koma, tetapi respon terhadap rangsangan nyeri masih ada,refleks tendon dapat ditimbulkan. Biasanya masih ada inkontinensia urin dan

belum ada gerakan motorik spontan.

Delirium : keadaan kacau motorik yang sangat, memberontak,

berteriak-teriak dan tidak sadar terhadap orang lain,

tempat dan waktu.

Somnolen/letargi : pasien dapat dibangunkan dengan rangsangan dan akan membuat respon motorik dan verbal yang layak. Pasien akan cepat tertidur lagi bila rangsangan dihentikan.

Apatis : pasien tampak segan berhubungan dengan sekitarnya, tampak acuh tak acuh.

Compos Mentis : sadar sepenuhnya, dapat menjawab pertanyaan tentang

keadaan sekelilingnya.

Selain cara seperti tersebut diatas, dapat juga digunakan GCS (Glasgow Coma Scale), yang dinilai yaitu :

- Eye/membuka mata (E) :

4 = dapat membuka mata spontan

3 = membuka mata dengan dipanggil/atas perintah

2 = membuka mata bila dirangsang nyeri

1 = selalu tertutup walaupun dirangsang nyeri

- Motorik (M) :

6 = dapat bergerak sesuai perintah

5 = dapat bereaksi menyingkirkan rangsangan nyeri/reaksi setempat

4 = bereaksi fleksi siku pada rangsangan nyeri/menghindar

3 = dengan rangsangan nyeri dapat bereaksi fleksi pada pergelangan tangan atau jari atau fleksi spastic pada tungkai atau abduksi lengan atas/fleksi

abnormal

2 = respon ekstensi

1 = tidak bereaksi

- Verbal/bicara (V) :

5 = orientasi baik : orang, tempat, waktu

4 = jawaban kacau

3 = kata-kata tak berarti

2= suara tidak komprehensif

1 = tidak ada suara

b. Reaksi emosi

Dinilai apakah pasien tampak tegang, depresi, cemas, rasa bermusuhan atau emosi uang tidak terkontrol.

c. Fungsi intelektual

Memori : pasien dapat mengingat kembali pengalaman yang dialami

Berhitung : pasien dapat melakukan berhitung pertambahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.

Persamaan : pasien diminta menjelaskan persamaan benda/keaadaan, misal raja dengan kaisar atau presiden

Pendapat : diminta pendapat pasien tentang beberapa pasien tentang beberapa persoalan yang ada di lingkungannya.

Pengertian : pasien disuruh membaca suatu serita kemudian dapat menjelaskan kembali isi cerita tersebut.

d. Proses pikir

Proses pikir ini dinilai dari jawaban-jawaban pasien dari pertanyaan pemeriksa tentang hal-hal di atas. Kemudian disimpulkan apakah isi pikiran pasien masih baik, kurang atau kelainan.

e. Fungsi psikomotor

Pasien dapat melakukan perintah dengan baik tau terganggu/menurun.

f. Fungsi ekspresif

Yang dinilai adalah : pasien mampu mengulang kata, kalimat dengan baik, mampu mengucapkan nama hari, bulan, nama benda, gambar dan dapat memahami hubungan pengertian dan perkataan missal : ditanyakan ‘dengan apa kita makan nasi’ dan jawaban pasien yang diharapkan adalah ‘kita makan nasi dengan sendok garpu’

g. Kemampuan baca tulis

Pasien mampu membaca dalam hati dan menuliskan kembali apa yang telah dibacanya. Pasien mampu membaca dengan suara keras dan menerang arti kalimat, pasien mampu menyalin kata dan kalimat yang diminta pemeriksa, dapat menulis identitasnya dan melakukan dikte.

Derajat afasia

Derajat 0 : afasia global yaitu pasien tidak dapat bicara ataupun mengerti pembicaraan sama sekali.

Derajat 1 : pembicaraan mengenai soal yang mudah dapat dilakukan dengan bantuan pemeriksa.

Derajat 2 : pembicaraan mengenai soal yang mudah dapat dilakukan dengan bantuan pemeriksa

Derajat 3 : pasien dapat membicarakan persoalan sehari-hari dengan sedikit/tanpa bantuan pemeriksa.

Derajat 4 : pasien tampak sukar dalam berbicara tetapi tidak mempengaruhi isi dan pikiran yang dikemukakan.

Derajat 5 : kesukaran bicara tidak tampak nyata, tetapi subyektif pasien mengalami kesukaran.

Senin, 06 Desember 2010

STRUKTUR & FUNGSI SISTEM KARDIOVASKULER

PENDAHULUAN
Jantung terletak didalam rongga mediastinum dari ronga dada (toraks) diantara kedua paru. Selaput yang melapisi jantung disebut perikardium yang terdiri atas 2 lapisan:
* Perikardium parietalis, yaitu lapisan luar yang melekat pada tulang dada dan selaput paru.
*Perikardium viseralis, yaitu lapisan permukaan dari jantung itu sendiri yang juga disebut epikardium.
Diantara kedua lapisan tersebut terdapat cairan perikardium sebagai pelumas yang berfungsi mengurangi gesekan akibat gerak jantung saat memompa.
STRUKTUR JANTUNG
Dinding jantung terdiri dari 3 lapisan:
1. Lapisan luar disebut epikardium atau perikardium.
2. Lapisan tengah merupakan lapisan berotot, disebut miokardium.
3. Lapisan dalam disebut endokardium.

RUANG JANTUNG
Jantung terdiri dari 4 ruang, yaitu dua ruang yang berdinding tipis disebut
atrium (serambi), dan 2 ruang yang berdinding tebal disebut ventrikel (bilik).
*Atrium
-Atrium kanan berfungsi sebagai penampungan darah yang rendah oksigen dari seluruh tubuh. Darah tersebut mengalir melalui vena kava superior, vena kava inferior, serta sinus koronarius yang berasal dari jantung sendiri. Dari atrium kanan kemudian darah di pompakan ke ventrikel kanan.
-Atrium kiri menerima darah yang kaya akan oksigen dari paru melalui 4 buah vena pulmonalis. Kemudian darah dialirkan ke ventrikel kiri. Antara kedua atrium dipisahkan oleh sekat yang disebut septum atrium.
*Ventrikel
-Ventrikel kanan, menerima darah dari atrium kanan yang kemudian dipompakan ke paru melalui arteri pulmonalis.
-Ventrikel kiri, menerima darah dari atrium kiri kemudian memompakannya ke seluruh tubuh melalui aorta. Kedua ventrikel dipisahkan oleh sekat yang disebut septum ventrikel.

KATUP JANTUNG
Katup Atrioventrikuler
Merupakan katup yang terletak diantara atrium dan ventrikel.. katup antara atrium kanan dan ventrikel kanan mempunyaitiga buah daun katup disebut katup trikuspidalis. Sedangkan katup yang terletak diantara atrium kiri dan ventrikel kiri mempunyaidua buah daun katup disebut katup bikuspidalis atau katup mitral. Katup AV memungkinkan darah mengalir dari masing-masing atrium ke ventrikel pada waktu diastole ventrikel, serta mencegah aliran balik ke atrium pada saat sistol ventrikel.

Katup Semilunar
Katup pulmonal, terletak antara arteri pulmonalis dan ventrikel kanan. Katup aorta, terletak antara ventrikel kiri dan aorta. Kedua katup semilunar terdiri dari 3 daun katup. Adanya katup semilunar memungkinkan darah mengalir dari masing-masing ventrikel ke arteri pulmonalis atau aorta selama sistol ventrikel, dan mencegah aliran balik ke ventrikel sewaktu diastole ventrikel.

Arteri Koroner
Arteri koroner adalah cabang pertama dari sirkulasi sistemik. Sirkulasi koroner terdiri dari: arteri koroner kanan dan arteri koroner kiri. Arteri koroner bermuara di sebelah atas daun katup aorta yang disebut ”sinus valsava”.

Vena Jantung
Distribusi vena koroner sesungguhnya paralel dengan distribusi arteri
koroner. Sistem vena jantung terdiri dari 3 bagian: vena tebesian,vena
kardiaka anterior, sinus koronaria.

PEMBULUH DARAH
Keseluruhan sistem peredaran (sistem kardiovaskuler) terdiri dari arteri,
arteriola, kapiler, venula dan vena.

Arteri
Arteri berfungsi untuk transportasi darah dengan tekanan yang tinggi ke seluruh jaringan tubuh. Dinding arteri kuat dan elastis (lentur), kelenturannya membantu mempertahankan tekanan darah diantara denyut jantung. Dinding arteri banyak mengandung jaringan elastis yang dapat teregang saat sistol dan mengadakan rekoil saat diastol.

Arteriola
Merupakan cabang paling ujung dari sistem arteri, berfungsi sebagai katup pengontrol untuk mengatur pengaliran darah ke kapiler. Arteriol mempunyai dinding yang kuat sehingga mampu kontriksi atau dilatasi beberapa kali ukuran normal, sehingga dapat mengatur aliran darah ke kapiler. Otot arteriol dipersarafi oleh serabut saraf kolinergik yang berfungsi vasodilatasi. Arteriol merupakan penentu utama resistensi/tahanan aliran darah, perubahan pada diameternya menyebabkan perubahan besar pada resistensi.

Kapiler
Merupakan pembuluh darah yang halus dan berdinding sangat tipis, yang berfungsi sebagai jembatan diantara arteri (membawa darah dari jantung) dan vena (membawa darah kembali ke jantung).
Kapiler memungkinkan oksigen dan zat makanan berpindah dari darah ke dalam jaringan dan memungkinkan hasil metabolisme berpindah dari jaringan ke dalam darah.
Venula
Dari kapiler darah mengalir ke dalam venula lalu bergabung dengan venul-
venul lain ke dalam vena, yang akan membawa darah kembali ke jantung.

Vena
Vena memiliki dinding yang tipis, tetapi biasanya diameternya lebih besar daripada arteri, sehingga vena dapat mengangkut darah dalam volume yang sama tetapi dengan kecepatan yang lebih rendah dan tidak terlalu dibawah tekanan. Karena tekanan dalam sistem vena rendah maka memungkinkan vena berkontraksi sehingga mempunyai kemampuan untuk menyimpan atau menampung darah sesuai kebutuhan tubuh.

SIRKULASI JANTUNG
Lingkaran sirkulasi jantung dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu sirkulasi sistemik dan sirkulasi pulmonal. Namun demikian terdapat juga sirkulasi koroner yang juga berperan sangat penting bagi sirkulasi jantung.

Sirkulasi Sistemik
1. Mengalirkan darah ke berbagai organ tubuh.
2. Memenuhi kebutuhan organ yang berbeda.
3. Memerlukan tekanan permulaan yang besar.
4. Banyak mengalami tahanan.
5. Kolom hidrostatik panjang.

Sirkulasi Pulmonal
1. Hanya mengalirkan darah ke paru.
2. Hanya berfungsi untuk paru-paru.
3. Mempunyai tekanan permulaan yang rendah.
4. Hanya sedikit mengalami tahanan.
5. Kolom hidrostatiknya pendek.

Sirkulasi Koroner
Efisiensi jantung sebagi pompa tergantung dari nutrisi dan oksigenasi yang cukup pada otot jantung itu sendiri. Sirkulasi koroner meliputi seluruh permukaan jantung dan membawa oksigen untk miokardium melalui cabang-cabang intramiokardial yang kecil-kecil.
Aliran darah koroner meningkat pada:
•Peningkatan aktifitas
•Jantung berdenyut
•Rangsang sistem saraf simpatis
MEKANISME BIOFISIKA JANTUNG
Tekanan Darah
Tekanan darah (blood pressure) adalah tenaga yang diupayakan oleh darah untuk melewati setiap unit atau daerah dari dinding pembuluh darah. Faktor yang mempengaruhi tekanan darah adalah: curah jantung,tahanan pembuluh darah perifer, aliran,dan volumedarah. Bila seseorang mangatakan tekanan darahnya adalah 100 mmHg maka tenaga yang dikeluarkan oleh darah dapat mendorong merkuri pada tabung setinggi 50 mm.

Aliran Darah
Aliran darah pada orang dewasa saat istirahat adalah 5 L/menit, ayang disebut sebagai curah jantung (cardiac output). Aliran darah melalui pembuluh darah dipengaruhi oleh dua faktor:
•Perbedaan Tekanan (∆P: P1-P2), merupakan penyebab terdorongnya darah melalui pembuluh.
•Hambatan terhadap aliran darah sepanjang pembuluh, disebut juga
sebagai ”vascular resistance” atau tahanan pembuluh. Beda tekanan antara dua ujung pembuluh darah menyebabkan darah mengalir dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah, sedangkan resistensi / tahanan menghambat aliran darah.
Rumus: Q=∆P/R-
Q : aliran
∆P : perbedaan tekanan
R : Resistensi

Resistensi
Resistensi/tahanan adalah hambatan terhadap aliran darah terhadap suatu pembuluh yang tidak dapat diukur secara langsung. Resistensi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu: diameter pembuluh darah (terutama arteriol) dan viskositas (kekentalan) darah. Peningkatan diameter pembuluh darah (vasodilatasi) akan menurunkan tahanan, sedangkan penurunan diameter pembuluh darah (vasokontriksi) dapat meningkatkan resistensi. Viskositas sebagaian besar dipengaruhi oleh kadar hematokrit (ht), yaiu prosentase volume darah yang ditempati oleh sel darah merah. Semakin tinggi viskositas darah, maka semakin meningkat pula resistensi pembuluh darah.

SIKLUS JANTUNG
Setiap siklus jantung terdiri dari urutan peristiwa listrik dan mekanik yang saling terkait. Rangsang listrik dihasilkan dari beda potensial ion antar sel yang selanjutnya akan merangsang otot untuk berkontraksi dan relaksasi. Kelistrikan jantung merupakan hasil dari aktivitas ion-ion yang melewati membran sel jantung. Aktivitas ion tersebut disebut sebagai potensial aksi. Mekanisme potensial aksi terdiri dari fase depolarisasi dan repolarisasi:
•Depolarisasi
Merupakan rangsang listrik yang menimbulkan kontraksi otot. Respon
mekanik dari fase depolarisasi otot jantung adalah adanya sistolik.
•Repolarisasi
Merupakan fase istirahat/relaksasi otot, respon mekanik depolarisasi otot jantung adalah diastolik.

Fase Siklus Jantung

1. Mid Diastole
Merupakan fase pengisian lambat ventrikel dimana atrium dan ventrikel dalam keadaan istirahat. Darah mengalir secara pasif dari atrium ke ventrikel melalui katup atrioventrikuler, pada saat ini katup semilunaris tertutup dan terdengar sebagai bunyi jantung kedua.

2. Diastole Lanjut
Gelombang depolarisasi menyebar melalui atrium berhenti pada nodus atrioventrikuler (nodus AV). Otot atrium berkontraksi memberikan 20%-30% pada isi ventrikel.

3. Sistole Awal
Depolarisasi menyebar dari sinus AV menuju miokardium ventrikel. Ventrikel berkontraksi menyebabkan tekanan dalam ventrikel lebih tinggi dari tekanan atrium sehingga menyebabkan katup atrioventrikuler menutup yang terdengar sebagai bunyi jantung satu. Dalam keadaan ini tekanan dalam aorta dan arteri pulmo tetap lebih besar, sehingga katup semilunar tetap tertutup. Kontraksi ventrikel ini disebut sebagai kontraksi isovolumetrik.

4. Sistole Lanjut
Tekanan ventrikel meningkat melebihi tekanan pembuluh darah sehingga menyebabkan katup semilunaris membuka. Setelah katup semilunar terbuka, terjadi ejeksi isi ventrikel kedalam sirkulasi pulmoner dan sistemik.

5. Diastole Awal
Gelombang repolarisasi menyebar ke ventrikel sehingga ventrikel menjadi relaksasi. Tekanan ventrikel turun melebihi tekanan atrium sehingga katum AV membuka. Dengan terbukanya katup AV maka ventrikel akan terisi dengan cepat, 70%-80% pengisian ventrikel terjadi dalam fase ini.

FAKTOR PENENTU KERJA JANTUNG
Jantung sebagai pompa fungsinya dipengaruhi oleh 4 faktor utama yang saling terkait dalam menentukan isi sekuncup (stroke volume) dan curah jantung (cardiac output) yaitu:
•Beban awal (pre load)
•Kontraktilitas
•Beban akhir (after load)
•Frekuensi jantung
Curah Jantung
Curah jantung merupakan faktor utama yang harus diperhitungkan dalam sirkulasi, karena curah jantung mempunyai peranan penting dalam transportasi darah yang memasok berbagai nutrisi. Curah jantung adalah jumlah darah yang dipompakan oleh ventrikel selama satu menit. Nilai normal pada orang dewasa adalah 5 L/mnt.
Isi Sekuncup (curah sekuncup)
Isi sekuncup merupakan jumlah darah yang dipompakan keluar dari masing-masing venrikel setiap jantung berdenyut. Isi sekuncup tergantung dari tiga variabel: beban awal, kontraktilitas, dan beban akhir.

Beban Awal
Beban awal adalah derajat peregangan serabut miokardium pada akhir pengisian ventrikel. Hal ini sesuai dengan Hukum Starling: peregangan serabut miokardium selama diastole melalui peningkatan volume akhir diastole akan meningkatkan kekuatan kontraksi pada saat sistolik. Sebagai contoh karet yang diregangkan maksimal akan menambah kekuatan jepretan saat dilepaskan.
Dengan kata lain beban awal adalah kemampuan ventrikel meregang
maksimal saat diastolik sebelum berkontraksi/sistolik.
Faktor penentu beban awal:
•Insufisiensi mitral menurunkan beban awal
•Stensosis mitral menurunkan beban awal
•Volume sirkualsi, peningkatan volume sirkulasi meningkatkan bebanawal. Sedangkan penurunan volume sirkulasi menurunkan beban awal.
•Obat-obatan, obat vasokonstriktor meningkatkan beban awal. Sedangkan obat-obat vasodilator menurunkan beban awal.

Beban Akhir
Beban akhir adalah besarnya tegangan dinding ventrikel untuk dapat memompakan darah saat sistolik. Beban akhir menggambarkan besarnya tahanan yang menghambat pengosongan ventrikel. Beban akhir juga dapat diartikan sebagai suatu beban pada ventrikel kiri untuk membuka katup semilunar aorta, dan mendorong darah selama kontrakis/sistolik.
Beban akhir dipengaruhi:
•Stenosis aorta meningkatkan beban akhir
•Vasokontriksi perifer meningkatkan beban akhir
•Hipertensi meningkatkan beban akhir
•Polisitemia meningkatkan beban akhir
•Obat-oabatan, vasodilator menurunkan beban akhir, sedangkan
vasokonstriktor meningkatkan beban akhir.
Peningkatan secara drastis beban akhir akan meningkatkan kerja ventrikel,
menambah kebutuhan oksigen dan dapat berakibat kegagalan ventrikel.

Kontraktilitas
Kontraktilitas merupakan kemampuan otot-otot jantung untuk menguncup dan mengembang. Peningkatan kontraktilitas merupakan hasil dari interaksi protein otot aktin-miosin yang diaktifkan oleh kalsium. Peningkatan kontraktilitas otot jantung memperbesar curah sekuncup dengan cara menambah kemampuan ventrikel untuk mengosongkan isinya selama sistolik.

HUKUM FRANK STARLING
1. Makin besar isi jantung sewaktu diastol, semakin besar jumlah darah
yang dipompakan ke aorta.
2. dalam batas-batas fisiologis, jantung memompakan ke seluruh tubuh darah yang kembali ke jantung tanpa menyebabkan penumpukan di vena.
3. jantung dapat memompakan jumlah darah yang sedikit ataupun jumlah darah yang besar bergantung pada jumlah darah yang mengalir kembali dari vena.
REGULASI TEKANAN DARAH
1. Sistem Saraf
Sistem saraf mengontrol tekanan darah dengan mempengaruhi tahanan pembuluh darah perifer. Dua mekanisme yang dilakukan adalah mempengaruhi distribusi darah dan mempengaruhi diameter pembuluh darah. Umumnya kontrol sistem saraf terhadap tekanan darah melibatkan: baroreseptor dan serabut2 aferennya, pusat vasomotor dimedula oblongata serta serabut2 vasomotor dan otot polos pembuluh darah. Kemoreseptor dan pusat kontrol tertinggi diotak juga mempengaruhi mekanisme kontrol saraf.
Pusat Vasomotor mempengaruhi diameter pembuluh darah dengan
mengeluarkan epinefrin sebagai vasokonstriktor kuat, dan asetilkolin
sebagai vasodilator.
Baroresptor, berlokasi pada sinus karotikus dan arkus aorta.
Baroresptor dipengaruhi oleh perubahan tekanan darah pembuluh arteri. Kemoresptor, berlokasi pada badan karotis dan arkus aorta. Kemoreseptor dipengaruhi oleh kandungan O2, CO2, atau PH darah.

2. Kontrol Kimia
Selain CO2 dan O2, sejumlah kimia darah juga membantu regulasi tekanan darah melalui refleks kemoreseptor yang akan dibawa ke pusat vasomotor.
Hormon yang mempengaruhi: epinefrin dan norepinefrin, Natriuretik
Atrial, ADH, angiotensin II, NO, dan alkohol.